Latar Belakang
Membaca karya sastra Hamka seperti melihat cerminan kehidupan adat istiadat pada masyarakat di Indonesia . Hal ini dapat dilihat dari banyaknya klan di Indonesia yang menjunjung tinggi loyalitas terhadap leluhur. Masyarakat Minangkabau, merupakan salah satu contoh klan yang menganut garis keturunan ibu ( matrilineal ).
Dalam kehidupan sehari – hari, masyarakat Minangkabau menjnjung tinggi nilai dan norma yang berlaku dalam lingkunga mereka. Kehidupan alam di Minangkabau masih terasa tradisional dan alamiah. Karen di Minangkabau masih banyak terdapat sawah, sungai, gunung, dan laut. Dari hal ini, dapat disimpulkan bahwa Minangkabau merupakan daerah asri dan memiliki pemandangan yang menawan.
Antologi
Karya Hamka yang terkumpul dalam novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck memaparkan lingkungan yang spesifik, yaitu alam dan masyarakat pedesaan. Namun lingkungan mikrokosmos pedesaan itu dapat menjadi petunjuk masalah makrokosmos sosial, budaya, politik, dan ekonomi.
Nyaris semua kejadian dalam novel ini berlatar kehidupan pedesaan.
Wahai, dari manakah pengarang yang lemah ini akan memulai menceritakan sebab – sebab Hayati berkenalan dengan Zainuddin ? Apakah dari sebab mereka kerap kali bertemu di bawah lindungan keindahan alam ? Di sawah – sawah yang bersusun – susun ? Di bunyi air mengalir di Batang Gadis menuju Sumpur ? Ataukah dari dangau ditengah sawah yang luas, diwaktu burung pipit terbang berbondong ? Atau diwaktu habis menyabt, di kala asap jerami menjulang ke udara, dan awan meliputi puncak Merapi yang indah ? Atau di waktu kereta api menyembunyikan peluitnya didalam kesusahan mengharung rimba dan jembatan yang tinggi, menuju Sawah Lunto dan melingkari Danau Singkarak ?
Dengan latar belakang sosial pedesaan dan tokoh – tokohnya yang terdiri dari campuran antara lapisan atas dan lapisan bawah membuat cerita dalam novel ini semakin kompleks. Pikran dan perilaku tokoh yang berasal dari lapisan atas yang berpikir dan berperilaku jauh lebih maju dari pikiran dan perilaku tokoh lapisan bawah. Sehingga, percampuran kedua tipe tokoh ini, membuat isi ovel ini semakin beragam dan rumit.
Zainuddin, Hayati, Datuk Paduka Emas, Ayah Zainuddin, Khadijah, Aziz, Mak Base, Mak Tengha Lima, dan Daeng Habibah beberapa tokoh yang terdapat dalam novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck yang seolah mengesankan tentang masyarakat yang menjunjung tinggi adat istiadat, berpegang teguh pada keyakinan dan pandangannya, matrealistis dan agak tertutup pada kebudayaan baru.
Politis dan Ekonomis
Di Minangkabau, senagian besar kegiatan politis tidak dibangun dan didistribusikan, sehingga kebanyakan masyarakat merupakan parokial. Dalam masyarakat Minangkabau, orang yang mempunyai kekuasaan yang tinggi dapat melakukan apa saja yang dia inginkan. Sehingga, sering terjadi ketidakadilan dalam kehidupan masyarakat Minangkabau.
Di sisi lain, kegiatan politis ini dibangun dan didistribusikan secara merata. Sehingga, kegiatan politis tumbuh dan berkembang dengan baik.
Di mana – mana didirikan orang perkumpulan politik atau ekonomi untuk membela kepentingan bangsa dan tanah air supaya mencapai bahagia dan hidup yang sempurna. Masuki itu, kiraikan sayap, tuangkan dan habiskan tenaga buat itu.
Dari bukti diatas selain kegiatan politis yang cukup berkembang, juga terbukti bahwa kehidupan ekonomi masyarakat Minangkabau cukup berkembang dan mapan. Penghasilan yang didapat seimbang dengan kerja keras dan banting tulang mereka. Secara lugas, isi novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck menceritakan tentang masalh itu. Dari kehidupan dua tokoh utama, Zainuddin yang mencari pekerjaan untuk membiayai kehidupannya dan akhirnya dia mendapat pekerjaan sebagai pengarang buku. Hayati, diceritakan pada novel ini adalah seorang wanita yang tidak bekerja, tetapi keluarga Hayati merupakan keluarga bangsawan sehinggan kehidupan ekonomi Hayati tercukupi dengan baik.
Sosial dan Budaya
Kehidupan sosial dan budaya masyarakat Minangkabau mendasarkan diri pada tatanan nilai dan norma masyarakatnya. Nilai dan norma sosial itu mengatur apa yang baik dan apa yang buruk masyarakat Minangkabau sangat patuh dan berpegang teguh pada nilai, norma, dan adat istiadat yang berlaku.
Harus hal itu saya tanyai, karena didalam adat kami di Minangkabau ini, kemenakan dibawah lindungan mamak. Hayati orang bersuku berhindu berkaum kerabat, dia bukan sembarang orang.
Selain itu, kehidupan sosial masyarakat Minangkabau juga dapat dilihat melalui sektor pendidikan. Di Minangkabau sangat kental akan pendidikan budaya Islam. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya pesantren – pesantren Islam yang berkembang di Minangkabau.
Dalam novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck ini, Hamka rupanya ingn menunjukkan bahwa gambarab orang Minangkabau sebagian besar ramah, tetapi kurang terbuka pada masyarakat asli Minangkabau dan masyarakat pendatang.
Dalam bidang kebudayaan, masyarakat Minangkabau sangat menghargai budayanya dan berusaha menanamkan budayanya itu ke generasi selanjutnya agar budaya Minangkabau tetap terjaga.
Kerap kali dia menengadahkan matanya ke langit sembil membuaikan engkau di waktu kecil. Di buaikannya dengan lagu Buai Anak cara serantih, yang meskipun mamak tak pandai bahasa Padang, bulu roma mamak sendiri berdiri mendengarnya.
Kesimpulan
Membaca, novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka, kita disadarkan akan realitas sosial masyarakt Minangkabau yang sudah menjadi masyarakat madani. Walaupun sudah menjadi masyarakat madani, tetapi masyarakat Minangkabau kurang demokratis, karena masih kental akan stratifikasi sosial diantara masyarakat asli dengan masyarakat pendatang. Hal ini dapat menimbulkan jurang pemisah dan terjadi ketidakadilan dalam masyarakt. Ini adalah potret nyata masyarakat Minangkabau. Untuk menyikapinya, dapat mengambil sisi positif dari masyarakat Minangkabau dan tidak mengambil sisi negatifnya.
Daftar Pustaka
Hamka.2002.Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck.Jakarta;Bulan Bintang
gue punya bukunya..
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Hapus